The Next Prestigious CBD at Central Jakarta


Kemayoran atau lebih dikenal dengan Kota Baru Bandar Kemayoran (KBBK) adalah kawasan bekas bandar udara (bandara) yang kemudian diambil alih fungsinya oleh pemerintah setelah berdirinya Bandara Internasional Soekarno-Hatta, Cengkareng. Dengan lahan seluas 454 Ha, dimana lahan komersialnya menempati areal terbesar atau seluas 122 Ha, pemerintah membidik kawasan ini sebagai alternatif potensial pengembangan kawasan bisnis terpadu di Kota Jakarta.

 

Memang, sebagai kawasan pusat bisnis, pertumbuhan Kemayoran awalnya bisa dibilang belum sesuai dengan yang direncanakan, khususnya paska krisis global yang membuat Kemayoran seakan tertidur lelap tanpa adanya pembangunan berarti. Kondisi ini semakin klop dengan keengganan para pengembang untuk menggarap proyek di atas lahan berstatus hak pengelolaan lahan (HPL) yang dikuasai pemerintah. Namun itu cerita dulu. Sebab, dalam kondisi kekinian, Koridor Kemayoran secara agresif telah melesat sebagai pilihan para investor yang ingin berekspansi maupun investasi di wilayah Jakarta.

Salah satu yang cukup menonjol adalah berdirinya bangunan-bangunan pencakar langit baru, baik komersial maupun hunian dengan desain apik dan ramah lingkungan. Maklum, sebagai sebuah kawasan pusat bisnis, Kemayoran memiliki segala hal yang dibutuhkan para investor, antaralain, aksesibilitas yang baik, harga lahan yang kompetitif, infrastruktur yang memadai, serta posisinya yang dikelilingi berbagai fasilitas publik utama seperti Bandara Soekarno-Hatta, Pelabuhan Tanjung Priok, dan juga pusat perdagangan seperti Mangga Dua, Pasar Baru, Segitiga Senen, Kelapa Gading, dan Sunter.

GM Corporate Development PT Ciputra Residence, Nararya Sastrawinata mengatakan, saat ini kawasan Kemayoran menjadi perhatian para pengembang (developer) besar, mengingat lokasi pengembangan bisnis di wilayah Jakarta yang ada semakin terbatas. Karena itu, pihaknya memprediksi jika dalam waktu 5 tahun kedepan, konstelasi bisnis property di Kemayoran akan tumbuh pesat. “Berdasarkan fakta-fakta tersebut, kami prediksikan Kemayoran akan melonjak manjadi Smart District yang modern, terpadu, nyaman, aman serta ramah lingkungan, sehingga dapat mendorong nilai jual kawasan Kemayoran di masa yang akan datang.” ujar Nara, optimis.

Prospek inilah yang lantas diterjemahkan Ciputra Group dengan mengembangkan Citra Towers, kawasan perkantoran seluas 1,8 hektar yang berlokasi di Jl. Benyamin Suaeb, Kemayoran, Jakarta Pusat. Proyek kerjasama antara Ciputra Group dan PT Pembina Sukses Utama (PSU) ini merangkum 2 tower perkantoran setinggi 28 lantai dan satu mezzanine, yang terbagi atas 2 zona dan dilengkapi 8 lift (low zone & high zone). Ditahap awal, proyek yang mengedepankan sustainability concept dan menelas investasi sebesar Rp 2 triliun tersebut akan dikembangkan sebanyak satu tower seluas 41 ribu m2. Semakin eksklusif, karena setiap lantainya hanya terdiri dari 12 unit dengan luas 70 m2 sampai 174 m2.

Citra Towers sendiri dipasarkan secara strata title dengan harga Rp 35 juta per m2, sementara status kepemilikan sertifikatnya adalah hak guna bangunan (HGB) di atas hak pengelolaan lahan (HPL). Pembangunan Tower 1 sendiri sudah mulai dilakukan sejak November 2014 lalu dan akan diserahterimakan kepada konsumen pada akhir tahun 2018 mendatang. “Seiring berjalannya waktu serta masifnya pengembangan yang dilakukan beberapa developer besar di Kemayoran, presepsi masyarakat terhadap HPL bukan lagi sesuatu yang negatif. Apalagi HGB yang ditawarkan Citra Towers sama seperti HGB biasa dengan masa guna 30 tahun dan dapat diperpanjang ke BPN disertai surat rekomendasi dari Otoritas Kemayoran.” jelas Nara, seraya mengatakan jika pihaknya terus memberikan edukasi kepada masyarakat terkait manfaat optimal dari pengunaan lahan HPL.

Peraih sertifikat EDGE pertama di Indonesia
Hendry Tamzel, Marketing Director Ciputra Residence, memaparkan, keunggulan yang dimiliki Citra Towers antara lain memberikan kenyamanan kepada para penggunanya dengan fasilitas penunjang yang lengkap dan efisien. Termasuk, dengan mengusung konsep EcoCulture dari Ciputra Residence yang menjadikan Citra Towers kaya akan ruang social yang aktif serta sirkulasi udara alami yang memberikan kenyamanan kepada user.

Konsistensi pembangunan ramah lingkungan ini membuat Citra Towers dianugrahi sertifikat Excellence in Design for Greater Efficiencies (EDGE) dari International Finance Corporation (IFC) yang baru pertama kali diterima oleh proyek di Asia Tenggara. Penghargaan ini diberikan dengan melalui beberapa kategori, yaitu pada pemilihan material yang diproduksi secara hemat energi, penghematan dalam penggunaan air, dan penghematan pada penggunaan energi.

EDGE IFC adalah sistem sertifikasi penggunaan sumber daya yang lebih efisien pada bangunan baru untuk pasar negara berkembang, dimana EDGE dapat memberikan solusi teknis kepada pengembang property dan desainer untuk menuju konsep bangunan hijau. Sistem ini meliputi dan mempertimbangkan biaya modal dan proyeksi penghematan biaya operasional untuk memperlihatkan manfaat bangunan gedung hijau. Sementara IFC adalah institusi pembangunan global terbesar yang berfokus pada sektor kawasan swasta. Anggota kelompok Bank Dunia ini bekerjasama dengan perusahaan-perusahaan swasta di lebih dari 100 negara.

“Sejak diperkenalkan akhir 2014 lalu, sekitar 80 persen unit yang ditawarkan sudah habis terjual. Tingginya minta pembeli membuat kenaikan harga hingga mencapai 30%. Jika harga awalnya Rp 24juta per meter persegi, saat ini sudah meningkat menjadi Rp 35juta per meter persegi.” ungkap Hendry, optimis.